Ketika seseorang mendengar penyakit demam tifus (demam tifoid, typhus abdominalis), maka yang terbayang adalah makan bubur.Itupun masih diperinci melalui tahapan, mulai bubur saring, bubur halus, bubur kasar lalu nasi lunak dan nasi.
Menilik ilustrasi di atas, terbayanglah seorang penderita tifus yang lemah, tak berdaya, sakitnya lama.Mungkin informasi tersebut didapatkan dari para dokter atau paramedis (perawat, bidan dll) atau bahkan dari mulut ke mulut sehingga menjadi semacam keyakinan yang mengakar.
Sampai kini masih terjadi kontroversi tentang makanan pada penderita tifus, terutama di kalangan dokter.
Pada masa lalu, para ahli berpendapat bahwa penderita tifus diharuskan makan bubur dengan alasan untuk meng-istirahat-kan usus dan kekhawatiran terjadi perdarahan usus.Sehingga penderita tifus yang diharuskan makan bubur, kondisinya makin lemah dan masa penyembuhannya makin lama.
Pada perkembangannya, pendapat di atas berhadapan dengan kenyataan bahwa pemberian makanan padat secara dini (nasi) mempercepat pemulihan penderita tifus.Jadi, pemberian makanan padat dini (nasi) dengan lauk pauk rendah selulosa, aman diberikan pada penderita tifus.
Bagaimana bila penderita tifus tidak bisa makan nasi karena perutnya terasa tidak enak atau sakit ?Kondisi demikian adalah perkecualian, penderita bebas memilih, apakah mau makan lunak atau padat.
Pendapat terakhir (makan padat dini) sudah menjadi semacam standar, seperti termahtub dalam “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”, jilid I oleh Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia (PAPDI), terbitan Balai Penerbit FKUI edisi III tahun 1996, cetakan ke 7 tahun 2004, halaman 439.
Silahkan simak penggalannya di bawah ini:
Di masa lampau, pasien demam difoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus; karena ada pendapat, bahwa usus perlu diistirahatkan. banyak pasien tidak menyukai bubur saring, karena tidak sesuai dengan selera mereka. Karena mereka hanya makan sedikit keadaan umum dan gizi pasien semakin mundur dan masa penyembuhan semakin lama.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.
Karena ada juga pasien demam tifoid yang takut makan nasi, maka selain macam/bentuk makanan yang diinginkan, terserah pada pasien sendiri apakah mau makan bubur saring, bubur kasar atau nasi dengan lauk pauk rendah selulosa.( Prof. dr. Rachmat Juwono)